Waktu itu hari Kamis. Hujan baru saja reda, sisa-sisa air masih mengalir di trotoar yang retak. Di sebuah warkop pinggir jalan di bilangan Tebet, suara denting gelas beradu dengan sendok bercampur tawa paruh baya. Tapi di sudut ruangan, ada yang berbeda. Seorang pria muda, kemeja putih kusut, sibuk memelototi layar ponsel. Jemarinya menari, fokus seperti tengah mengatur strategi perang.
Bukan game catur atau MOBA kekinian. Ini lebih aneh. Layar penuh ikon-ikon Tiongkok klasik. Koin emas, naga, huruf-huruf Cina yang meluncur seperti salju tropis. Mahjong Ways 2. Nama itu sempat saya dengar. Tapi baru kali ini saya benar-benar memperhatikan ekspresi pemainnya. Serius. Kadang mendesah. Kadang menahan tawa kecil. Seolah ponsel itu bukan alat komunikasi, tapi pintu darurat dari kehidupan nyata.
Kenapa Harus Mahjong Ways 2?
Mahjong dikenal sebagai permainan ubin kuno yang biasa dimainkan oleh tante-tante berkimono di serial TV lama. Tapi Mahjong Ways 2 berbeda. Ini bukan tentang duduk mengelilingi meja bulat sambil menyeruput teh. Ini soal layar sentuh, animasi halus, dan ketegangan halus yang menghantui setiap putaran.
Orang bisa saja bilang: “Ah, cuma game lagi. Sama aja.” Tapi Mahjong Ways 2 membawa sesuatu yang lain. Barangkali karena ia bermain dengan estetika ketenangan: warna pastel, suara latar yang tidak mengganggu, dan kombinasi simbol yang—anehnya—menenangkan.
Bagi orang kota yang tiap pagi dikejar absen dan tiap malam dihabisi deadline, Mahjong Ways 2 seperti oase di tengah excel dan notifikasi Slack. Mainnya gak ribet. Tapi cukup menegangkan untuk bikin lupa sebentar sama invoice yang belum dibayar.
Scatter Hitam dan Rasa Penasaran
Lalu ada ini: scatter hitam.
Entah kenapa, scatter yang satu ini berbeda dari yang lain. Biasanya scatter itu warna emas, mencolok, penuh janji dan harapan. Tapi yang satu ini… hitam. Gelap. Nyaris murung. Dan justru karena itu, ia lebih menggoda.
Beberapa pemain saya temui—baik di kafe hipster Kemang, coworking space, bahkan ruang tunggu bengkel—semua punya cerita tentang scatter hitam. Katanya jarang muncul. Tapi sekali nongol, jantung bisa lompat. Ada yang bilang itu semacam simbol nasib buruk yang berpura-pura manis. Ada juga yang percaya itu kode rahasia buat masuk ke dunia bonus tersembunyi. Teori konspirasi mini dalam game receh.
Tapi mungkin justru di situlah letak pesonanya. Scatter hitam bukan sekadar fitur. Ia jadi semacam mitos kecil, urban legend digital yang dibisikkan dari satu pemain ke pemain lain. Ada yang ngaku sempat mimpi scatter itu muncul di langit. Ada yang ngaku pernah ketemu scatter hitam tiga kali berturut-turut dan langsung… terdiam. Bukan karena bahagia. Tapi karena bingung. “Kok bisa?”
Medium Pelarian, Bukan Pelampiasan
Ada yang bilang, urbanisasi bikin orang-orang kehilangan makna. Kita kerja dari jam sembilan sampai malam, pulang dalam keadaan setengah mati, dan cuma pengen sesuatu yang gampang. Yang gak nuntut. Yang cukup klik, seret, dan nikmati. Mahjong Ways 2 menjawab kebutuhan itu.
Ia tidak menantang kita jadi pintar. Tidak juga menagih strategi jangka panjang. Tapi justru karena itu, ia ideal untuk jeda singkat. Untuk lima menit sebelum meeting Zoom yang gak penting-penting amat. Untuk saat-saat ketika kamu tahu kamu nggak akan sempat baca buku, tapi juga belum siap nonton film satu jam setengah.
Di dalam game ini, orang bisa jadi absurd tanpa takut dinilai. Bisa mengejar scatter hitam, bisa gagal terus, dan itu gak masalah. Karena besok bisa coba lagi. Dan lusa. Dan minggu depan. Sampai kamu sendiri lupa kapan terakhir kali benar-benar menanyakan kenapa kamu terus main ini.
Dari Warkop sampai Kantor Startup
Menariknya, Mahjong Ways 2 tidak eksklusif pada satu kelas sosial. Saya melihatnya di warung kopi bersahaja, tapi juga di layar para anak muda di coworking space yang langganan cold brew. Di ruang tunggu bank. Di ruang istirahat kantor media. Di balik partisi ruang HRD. Game ini menyeberangi batas sosial.
Buat barista yang habis dimarahi customer, buat product manager yang bosan ikut sprint planning, buat abang ojek yang nunggu order di siang terik, Mahjong Ways 2 hadir sebagai teman diam. Ia tidak cerewet. Tidak menuntut balasan. Ia hanya menunggu kamu menyentuh layar dan memulai lagi.
Game ini jadi bahasa baru. Bahasa dari generasi yang kelelahan tapi masih mencoba terlihat normal. Bahasa dari mereka yang tahu mereka tidak bahagia sepenuhnya, tapi juga tidak sedih secara total.
Akhirnya, Kita Semua Butuh Pelarian
Mungkin di titik tertentu, semua ini bukan tentang game. Bukan soal menang atau kalah. Tapi soal ruang. Ruang kecil yang bisa kita kontrol, di tengah hidup yang terasa seperti terus-menerus digulung ombak. Mahjong Ways 2 bukan jawaban. Tapi ia jadi jeda. Dan kadang, jeda itu lebih berharga dari solusi.
Scatter hitam mungkin tidak akan pernah benar-benar bisa ditebak. Tapi mungkin memang itu tujuannya. Biar kita terus penasaran. Biar kita terus balik lagi. Sama seperti kita terus datang ke kota ini, meski tahu ia tidak pernah benar-benar ramah.