Bocah-bocah dan Dunia yang Mereka Retas
Di sebuah rumah petak di pinggiran kota, dengan dinding triplek dan kipas angin tua yang berdengung seperti lebah insomnia, seorang bocah SMP bernama Reno sedang mengetik sesuatu di ponselnya. Jempolnya lincah, matanya fokus. Bukan sedang nonton video TikTok atau debat receh di komentar Instagram. Tapi dia tengah membagikan apa yang dia sebut sebagai pola.
Bukan pola belajar. Bukan pola makan. Tapi pola wild dan scatter Mahjong Ways 2.
Iya, yang itu. Permainan yang entah kenapa sangat populer di kalangan remaja tanggung dan bapak-bapak yang mendadak jadi ahli statistik. Game yang punya warna emas mencolok, latar Tiongkok klasik, dan musik latar seperti film kungfu tapi versi meditasi. Mahjong Ways 2 bukan cuma permainan, bagi sebagian orang, dia adalah teka-teki yang memanggil untuk dipecahkan. Seperti sudoku, tapi ada naga dan peti harta karun yang kadang muncul kadang tidak.
Dan di antara kebingungan orang dewasa, bocah SMP seperti Reno justru jadi semacam orakel.
Scatter Hitam dan Mitos yang Tumbuh
Di dunia Mahjong Ways 2, ada satu elemen yang bikin penasaran banyak orang. Scatter hitam. Atau lebih tepatnya, scatter yang warnanya sedikit lebih gelap dari biasanya. Tidak semua orang bisa melihatnya. Ada yang mengaku pernah menjumpainya satu kali seumur hidup, ada juga yang bilang itu cuma bug grafis. Tapi bagi Reno dan teman-temannya, scatter hitam adalah semacam penanda gaib. Semacam jimat keberuntungan atau tanda bahwa sesuatu besar akan datang.
"Ada waktunya. Biasanya habis dua wild biru muncul bareng, terus scatter-nya berubah gelap. Itu tandanya pola jalan," kata Reno, dengan nada seperti dukun muda. Serius dan tak terbantahkan.
Saya tidak tahu apakah benar ada algoritma tersembunyi atau hanya sugesti massal dari terlalu sering menatap layar 6 inci dengan mata lelah. Tapi keyakinan anak-anak itu kuat. Mereka bahkan mencatat pola-pola yang mereka temukan. Dalam buku tulis, lengkap dengan tanggal dan jam. Seperti ilmuwan kecil yang sedang menguji hipotesis di laboratorium rumah.
Narasi Kolektif dan Ilusi Kendali
Yang menarik dari fenomena ini bukan soal teknisnya. Tapi tentang bagaimana narasi kolektif dibangun dari pengalaman acak. Reno dan kawan-kawan memperlakukan Mahjong Ways 2 bukan sebagai permainan keberuntungan, tapi seperti permainan strategi. Ada langkah-langkah. Ada waktu yang tepat. Ada jam-jam emas. Kadang dini hari. Kadang siang bolong ketika server sepi. Kadang setelah hujan.
"Aku pernah tiga kali kena scatter hitam jam 3 pagi. Tapi harus puasa dulu. Jangan langsung main. Buka dulu YouTube-nya tiga menit, baru masuk," ujar Galih, teman Reno, yang wajahnya tampak lebih dewasa dari umur 14 tahun.
Lucu memang. Tapi juga mengerikan. Anak-anak ini sedang membangun sistem kepercayaan berdasarkan serangkaian kebetulan. Seperti bagaimana masyarakat kuno mengaitkan musim panen dengan posisi bintang. Ada rasa ingin memahami dunia yang rumit. Dan karena tidak ada yang memberi jawaban pasti, mereka membangunnya sendiri. Retas demi retas. Hipotesis demi hipotesis.
Dunia yang Tak Diawasi Orang Tua
Yang membuat fenomena ini berkembang liar adalah satu hal yang sebetulnya klasik tapi tetap saja menyesakkan: ketidakhadiran pengawasan. Banyak orang tua tidak tahu anaknya sedang melakukan apa di balik layar ponsel. Mereka pikir anaknya main game biasa. Yang lucu-lucu. Yang tembak-tembakan. Padahal si anak sedang memetakan alur statistik rumit dari Mahjong Ways 2 sambil menghafal jadwal scatter muncul.
Dan ini bukan soal moralitas. Bukan soal siapa yang salah siapa yang benar. Tapi lebih ke soal jarak yang terlalu lebar antara generasi. Anak-anak ini hidup di dunia digital yang tidak diajarkan di sekolah dan tidak dipahami oleh orang tua mereka. Maka mereka berjalan sendiri. Dengan kompas buatan mereka sendiri.
Mahjong sebagai Ruang Sosial
Tentu kita tidak bisa membicarakan Mahjong Ways 2 tanpa melihat aspek sosialnya. Game ini bukan cuma dimainkan sendiri. Ia jadi topik pembicaraan, jadi bahan obrolan warung, jadi konten TikTok, jadi bahan status WA yang berjejer seperti bait puisi absurd. Di sekolah, Reno bilang ada anak kelas 9 yang dikenal sebagai suhu. Dia bisa melihat scatter sebelum scatter itu muncul. Katanya bisa merasakan vibrasinya. Reno bilang dia pernah belajar seminggu dari suhu itu. "Tapi gak bisa langsung paham. Butuh jam terbang."
Ada kasta dalam komunitas ini. Ada pemula, ada peneliti, ada peramal. Ada yang fokus di wild, ada yang spesialis scatter. Ada juga yang cuma jadi penonton yang komentar tiap kali teman mereka dapat pola bagus.
Antara Ilmu dan Delusi
Saya pernah iseng bertanya ke Reno, kenapa sih mereka begitu tertarik pada game itu. Jawabannya sederhana. "Seru aja. Rasanya kayak nebak masa depan."
Dan mungkin itu kuncinya. Mahjong Ways 2 memberi rasa bahwa masa depan bisa ditebak. Bahwa ada logika tersembunyi di balik simbol-simbol itu. Bahwa jika kita cukup jeli, cukup sabar, cukup mencatat pola, maka kita bisa menemukan celah di semesta yang tampaknya acak ini.
Entah benar atau tidak. Entah itu hanya delusi atau bagian dari proses kognitif yang sehat. Tapi di balik semua itu, Mahjong Ways 2 telah menjadi semacam taman bermain mental. Tempat anak-anak muda melatih intuisi, menantang peluang, dan merayakan kemenangan kecil yang kadang cuma berlangsung lima detik.
Dunia Digital yang Tak Pernah Netral
Apa yang dilakukan Reno dan teman-temannya bukanlah hal baru. Sejak lama, manusia selalu mencari pola. Di langit malam, di daun teh, di sisa kopi. Mahjong Ways 2 hanyalah medium terbaru dari tradisi panjang ini. Yang berbeda adalah kecepatannya. Intensitasnya. Dan betapa sunyinya proses itu karena berlangsung dalam ruang digital yang tak pernah netral.
Tidak ada tombol reset dalam hidup mereka. Hanya refresh. Dan mungkin itu cukup.