Ketika Budaya Tiongkok Bertemu Jaringan 4G dan Hape Kentang
Matahari sore belum turun sepenuhnya waktu itu. Desa itu, yang tak pernah muncul di Google Maps tanpa sinyal tambahan, tiba-tiba riuh. Bukan karena ada panen raya atau pentas seni. Tapi karena anak-anak duduk berkerumun di depan satu-satunya warung kelontong yang juga jual pulsa dan kopi sachet, memperhatikan layar ponsel seorang mahasiswa yang tengah menyentuh layar cepat-cepat sambil berseru, "Ayo, scatter satu lagi!"
Anak-anak itu tak paham betul apa yang sedang terjadi. Tapi mereka tahu satu hal. Kalau tiga gambar koin dengan simbol naga itu muncul, maka layar akan berubah. Musik mendadak jadi lebih keras. Dan yang lebih penting: wajah si Mas mahasiswa jadi lebih tegang dari biasanya.
"Ini namanya Mahjong Ways 2," katanya, sambil tetap fokus. "Bukan sembarang game. Ini soal seni, kecepatan, dan sedikit keberuntungan."
Anak-anak itu tak paham betul mana bagian seninya. Tapi mereka tertarik. Sangat.
Dari Sosialisasi Posyandu ke Ajaran Mahjong
Program KKN di desa ini, seperti biasa, datang dengan misi besar. Penyuluhan kesehatan, literasi digital, pemberdayaan ibu-ibu lewat keterampilan tangan. Tapi seperti banyak hal dalam hidup, yang terjadi di lapangan sering melenceng dari rencana PowerPoint.
Minggu kedua, saat penyuluhan tentang sampah organik dan anorganik gagal karena warga malah sibuk panen cengkeh, mahasiswa-mahasiswa itu punya waktu luang terlalu banyak. Sinyal 4G yang tiba-tiba bisa muncul setelah tower baru dipasang PLN membuat hape-hape kentang mereka hidup kembali. Dan seperti manusia modern yang kehausan internet, mereka mulai membuka aplikasi-aplikasi lama yang sebelumnya cuma jadi ikon tanpa fungsi.
Salah satunya membuka game bernama Mahjong Ways 2.
Awalnya iseng. Lalu penasaran. Lalu ketagihan.
Game ini tampak sederhana. Kotak-kotak bertuliskan aksara Tiongkok berjatuhan dari atas, lalu hilang kalau disusun dengan benar. Tapi ada elemen yang membuat orang bertahan lebih lama: momen ketika scatter hitam muncul.
Bukan scatter biasa. Yang ini berbeda. Warnanya gelap, hampir tak terlihat. Tapi aura misteriusnya membuat jantung sedikit berdebar. Ada yang bilang itu penanda hoki. Ada juga yang menyebutnya pertanda badai akan datang.
Entahlah. Yang jelas, begitu scatter ketiga muncul, ruangan terasa seperti sunyi sebentar. Musik berubah. Dan entah mengapa, semua orang diam.
Anak-anak Cepat Belajar
Minggu ketiga, anak-anak sudah tahu urutan yang benar. Mereka tahu kapan harus menekan. Kapan harus menunggu. Mereka bahkan mulai debat soal posisi scatter terbaik. Apakah di baris pertama lebih menjanjikan? Atau harus sabar sampai ia muncul di kolom tengah?
Masalahnya, anak-anak ini belajar terlalu cepat. Mereka mulai bermain sendiri, meskipun dengan hape kentang peninggalan bapaknya yang layarnya retak dan butuh charger terus-menerus. Di bawah pohon jambu atau di balik pos ronda yang dipenuhi sarang laba-laba, mereka bermain diam-diam.
Beberapa ibu mulai bertanya-tanya. Apa yang anak-anak itu tonton? Kenapa mereka menyebut-nyebut angka 8 dan simbol daun bambu sambil tertawa?
Dan ketika salah satu mahasiswa tak sengaja menyebut kata scatter di depan ibu PKK, semua mata tertuju. Ada yang mengira itu sejenis makanan baru. Atau metode baru menanam singkong.
"Apa itu scatter?" tanya Bu RT.
Tak ada yang benar-benar menjawab.
Di Balik Layar: Mahjong dan Imajinasi Dunia Lain
Ada sesuatu yang magis tentang Mahjong Ways 2. Bukan sekadar karena ia permainan dengan asal-usul budaya Tiongkok yang panjang dan rumit. Tapi karena ia membawa dunia asing masuk ke kampung yang dikelilingi bukit dan ladang.
Simbol-simbolnya bukan huruf yang dikenal anak-anak. Warnanya mencolok. Musiknya bukan dangdut, bukan juga campursari. Tapi denting yang entah mengapa menenangkan. Seperti suara malam di desa saat hanya jangkrik yang berbunyi.
Dan scatter hitam itu, yang semakin banyak dibicarakan di antara mereka, menjadi seperti mitos kecil. Seseorang bilang ia muncul kalau kita sabar. Yang lain percaya scatter hitam hanya datang saat kita berhenti berharap.
Beberapa anak bahkan mulai membuat lagu-lagu kecil tentang scatter. Seperti mantra. Sambil tertawa. Sambil mengulang-ulang gerakan jari yang mereka tiru dari mahasiswa.
Apakah Ini Salah?
Pertanyaan besar menggantung di udara. Apakah mengajari anak-anak main Mahjong Ways 2 bagian dari misi KKN?
Tentu tidak. Tapi siapa yang bisa mengatur arah antusiasme manusia, apalagi anak-anak? Terlebih, dalam desa di mana hiburan kadang hanya datang saat layar tancap atau musim kawin kucing.
Beberapa mahasiswa mulai khawatir. Apakah mereka telah membuka pintu yang tak seharusnya? Tapi di sisi lain, ada kebanggaan kecil saat anak-anak bisa menyebut "wild" dengan lidah yang masih terbata. Atau saat mereka bisa menerangkan kenapa tiga simbol sama bisa menghilang dan diganti yang baru.
"Ini semacam pelatihan logika juga, kan?" ujar salah satu mahasiswa, mencoba membela diri.
Mungkin. Tapi tetap saja, scatter hitam bukan sesuatu yang bisa dijelaskan secara logis.
Hari Terakhir dan Misteri yang Tertinggal
Saat program KKN usai dan truk pickup menjemput mereka pulang ke kota, anak-anak berdiri di pinggir jalan sambil melambai. Beberapa membawa kertas gambar. Ada yang menggambar simbol Mahjong, lengkap dengan warna dan angka.
Salah satu gambar bahkan menuliskan tiga huruf besar: S C A T T E R. Diwarnai hitam.
Mahasiswa itu tersenyum. Lalu menatap hape-nya. Game itu masih terbuka. Tapi entah mengapa ia tak ingin memainkannya lagi hari itu.
Di desa itu, mungkin anak-anak akan tetap bermain. Dengan hape yang terlalu panas. Dengan jaringan yang kadang hilang. Dengan layar yang tak selalu merespon jari.
Tapi mereka akan terus menunggu scatter hitam itu.
Karena kadang, harapan tak perlu penjelasan. Cukup keyakinan bahwa ia akan datang. Seperti hujan di tengah musim kemarau. Atau mahasiswa kota yang tiba-tiba membawa dunia baru lewat layar empat inci.