Dari ruang kuliah ke layar ponsel
Pagi itu kelas Statistik Dasar terasa biasa saja. Dosen berkacamata minus, suara monoton, dan slide PowerPoint yang lebih banyak rumus dibanding gambar. Tapi di barisan belakang, ada seseorang yang mendadak tercerahkan. Namanya Raga. Mahasiswa semester empat jurusan Matematika UGM. Seperti biasa, ia duduk sambil mencatat setengah hati dan menggulir layar ponsel diam-diam.
Bukan WhatsApp. Bukan TikTok. Tapi sesuatu yang lebih penuh teka-teki: Mahjong Ways 2. Permainan yang entah sejak kapan jadi populer di kalangan mahasiswa, terutama yang hidup dari nasi kucing dan utang BRI Ceria.
Saat dosen menjelaskan tentang probabilitas bersyarat, Raga menatap layar dan berkata pelan, kayak ngomong ke dirinya sendiri: "Oh, jadi begini cara kerjanya Mahjong Ways 2 ..."
Scatter hitam yang bikin penasaran
Kalau kamu belum pernah lihat, Mahjong Ways 2 punya satu simbol yang belakangan ini jadi semacam urban legend. Namanya scatter. Tapi bukan scatter biasa. Ini scatter berwarna hitam Mahjong Ways 2 . Munculnya jarang, nggak ada petunjuk pasti, tapi kalau keluar katanya bisa bawa hal-hal yang tidak terduga. Ada yang bilang itu kode. Ada bilang bug. Ada juga yang percaya itu hanya mitos digital belaka.
Raga, dengan otak yang sudah dipoles rumus dan grafik distribusi normal, melihatnya lain. Bukan sekadar gambar. Tapi pola. Pola yang mungkin punya hukum tertentu. Dan seperti ilmuwan gila yang baru nemu fosil alien, dia mulai mencatat.
"Gue nyoba nyatet semua momen scatter hitam Mahjong Ways 2 muncul. Jam, pola sebelum dan sesudah, berapa kali tap, kombinasi warna. Semua," katanya saat ditemui di kantin Fisipol. Sambil makan bakwan dingin, dia mengeluarkan catatan yang lebih mirip buku log kapal selam.
Antara strategi dan delusi
Beberapa teman Raga menyebutnya jenius. Beberapa bilang dia butuh istirahat. Tapi apapun itu, analisisnya mulai menarik perhatian. Ada yang menyebarkan spreadsheet-nya di grup Telegram. Ada mengunduh aplikasinya ulang, hanya untuk menguji teori tentang jam kemunculan scatter Mahjong Ways 2 . Ada juga yang mulai mengaitkan ke teori chaos dan dinamika nonlinear.
"Gue nggak bilang ini pasti bener. Tapi kalau ada kecenderungan, kenapa nggak dicoba?" ujar Raga, kali ini serius. Pandangannya tajam. Seperti mahasiswa yang baru nemu relevansi antara mata kuliah dan hidup nyata.
Teori Raga sederhana: scatter hitam punya korelasi lemah tapi signifikan dengan pola pergeseran tertentu di kolom dua dan empat. Ia bahkan sempat menyarankan agar pengguna mengetuk layar dengan jeda irama tertentu, mirip metronom. "Bukan buat manggil keberuntungan. Tapi biar sistemnya kebaca."
Kedengarannya aneh. Tapi begitulah dunia ini. Kadang hal yang absurd lebih meyakinkan dibanding yang logis. Apalagi kalau sudah menyangkut layar dan harapan.
Dari warung kopi ke lingkaran kecil akademia
Entah siapa yang pertama kali menyebarkan videonya. Tapi sejak ada cuplikan Raga menjelaskan pola scatter hitam sambil menggambar pakai spidol di kaca warung kopi, namanya mulai ramai. Bahkan menyebut dia sebagai "pakar visual Mahjong". Julukan yang dia sendiri anggap konyol tapi lucu.
"Gue cuma pengen tahu. Itu aja," katanya, sambil mengaku tidak pernah merasa superior. "Kalo nanti terbukti semua ini cuma random dan ilusi, ya udah. Tapi setidaknya gue nyoba."
Di kampus, beberapa dosen mulai iseng menanyakan temuannya. Ada juga yang cemas, takut mahasiswanya makin jauh dari statistik formal dan tenggelam di dunia pseudo-analisis. Tapi sebagian besar justru penasaran.
Salah satu dosen, yang enggan disebut namanya, malah menganggap ini sebagai proyek riset potensial. "Siapa tahu kita bisa melihat pola-pola dalam sistem tertutup yang kita anggap acak, tapi ternyata tidak sepenuhnya."
Mesin, mimpi, dan mitos baru anak muda
Mahjong Ways 2 bukan sekadar permainan. Bagi sebagian anak muda, ini semacam metafora hidup. Penuh harapan, pengulangan, dan simbol-simbol misterius yang kadang terasa lebih nyata dibanding realitas itu sendiri. Scatter hitam, dalam konteks ini, bisa jadi lambang dari harapan kecil yang tak terduga. Atau setidaknya, hiburan di sela jadwal kuliah dan laporan praktikum yang nggak kunjung selesai.
"Apa bedanya orang yang nyari pola di scatter sama yang nyari makna hidup di buku filsafat? Sama-sama spekulatif, kan?" ujar Dita, teman Raga, yang jurusan Sosiologi tapi ikut menyumbang data untuk spreadsheet scatter.
Akhirnya semua kembali ke tafsir. Raga bukan nabi. Scatter hitam bukan wahyu. Tapi di era di mana sinyal bisa hilang tapi stres tetap ada, siapa yang bisa menyalahkan anak muda karena mencoba menemukan logika dalam kekacauan?
Akankah Raga berhenti?
Saat ditanya apakah ia akan berhenti mencatat, Raga tertawa kecil. "Kalau nanti gue lulus dan kerja, mungkin gue bakal lupa. Tapi sekarang, ini kayak puzzle yang belum selesai."
Ia mengaku sudah tidak lagi berharap scatter hitam membawa "hasil". Tapi rasa ingin tahunya belum mati. Dan mungkin, justru di situlah letak keindahannya.
Karena di tengah dunia yang penuh algoritma dan clickbait, ada seorang mahasiswa yang mencoba mengurai misteri bukan demi viral, tapi demi rasa penasaran.
Dan kadang, itu lebih mulia daripada sekadar menang.