Bingung Hidup? Coba Main Mahjong Ways, Siapa Tahu Dapat Inspirasi dari Kombinasi Simbol Naga, Koin, dan Teh Hangat

Minggu pagi. Kopi tinggal separuh, saldo rekening lebih sedikit dari itu, dan pikiran mulai melantur ke arah yang tidak-tidak. Apa benar semua ini ada maknanya? Atau hidup cuma rangkaian tabungan yang menipis, utang cicilan yang nggak pernah benar-benar lunas, dan notifikasi WA grup keluarga yang isinya link hoaks dan foto kucing?

Di tengah pusaran eksistensial itu, jari saya — entah digerakkan malaikat kanan atau kiri — membuka satu aplikasi hiburan yang sudah lama teronggok di folder belakang. Bukan aplikasi produktivitas, bukan juga aplikasi meditasi. Tapi Mahjong Ways 2.

Mahjong, tapi versi yang bisa bikin jantung deg-degan

Pertama kali dengar Mahjong, yang terbayang adalah meja kayu, lansia dengan kacamata tebal, dan kipas angin langit-langit yang berputar lambat. Tapi Mahjong yang ini beda. Warna-warna cerah, musik latar yang kayak ada di festival Imlek, dan simbol-simbol Tiongkok kuno yang berkilau seperti di mimpi masa kecil yang entah kenapa kita ingat.

Simbol naga emas, tumpukan koin, dan cawan teh muncul bergantian. Mereka tidak bicara, tapi seolah menyampaikan sesuatu. "Tenanglah," kata mereka, "hidup memang rumit, tapi kadang kamu cuma perlu menunggu scatter hitam itu muncul."

Nah ini. Scatter hitam. Simbol kecil berwarna gelap, tidak terlalu mencolok, tapi aura misterinya bikin penasaran. Kadang dia muncul satu, sendirian, kayak tokoh figuran di film noir. Kadang dua. Tapi yang bikin jantung betul-betul loncat itu ketika muncul tiga.

Apa sih yang bikin scatter hitam ini begitu menarik?

Bukan karena dia memberi hasil besar (walau katanya begitu). Tapi karena dia hadir seperti harapan kecil di tengah kegelapan. Ada rasa menunggu, deg-degan, dan harapan yang kadang nggak masuk akal. Scatter hitam bukan sekadar fitur, dia lebih kayak metafora hidup — tak terduga, misterius, dan kadang bikin kita percaya lagi bahwa hal baik bisa terjadi.

Yang menarik, kadang scatter hitam ini muncul ketika kamu lagi nggak mikir apa-apa. Lagi ngelamun, tiba-tiba cling. Sekali, dua kali. Lalu kamu duduk lebih tegak. Mata fokus. Nafas tertahan. Satu lagi. Tinggal satu lagi. Tapi... tidak. Hilang. Lenyap. Seperti cinta sepihak di usia 20-an.

Dan di situlah letak magisnya.

Simbol bukan sekadar gambar

Kalau kamu main cukup lama — atau cukup bosan dengan hidup — kamu mulai memperhatikan simbol-simbol lain. Naga emas, misalnya. Dia nggak cuma keren karena warnanya. Tapi karena dia kadang muncul saat kamu udah mau nyerah. Dan ketika dia datang, seolah ada energi baru.

Begitu juga dengan koin. Koin di Mahjong Ways 2 itu bukan cuma lambang kekayaan. Tapi dia seperti penegas bahwa kadang, hal kecil bisa jadi penentu. Satu koin bisa mengubah segalanya. Satu keputusan, satu langkah, satu percikan keberanian.

Dan teh. Ah, teh. Simbol yang terlihat paling jinak. Tapi bukankah kita semua cuma ingin duduk dengan tenang, menyesap sesuatu yang hangat, dan merasa cukup?

Mahjong Ways 2 sebagai meditasi absurd

Orang bilang meditasi itu diam, napas panjang, dan pikiran kosong. Tapi buat saya, beberapa malam yang terlalu panjang justru terasa lebih jernih setelah sesi bersama Mahjong Ways 2. Bukan karena dapat apa-apa, tapi karena ada semacam ritme yang membuat pikiran melambat.

Coba bayangkan: simbol berjatuhan, satu demi satu, seperti hujan sore yang tidak terlalu deras. Kadang membentuk kombinasi yang pas, kadang tidak. Tapi prosesnya... entah kenapa, menenangkan.

Scatter hitam muncul, dan kamu belajar kecewa tanpa marah. Belajar berharap tanpa terlalu naif. Belajar menerima — bahwa tidak semua hal harus masuk akal.

Akhirnya...

Apakah Mahjong Ways 2 bisa menyelesaikan masalah hidupmu? Tentu tidak. Tapi kadang kamu tidak butuh solusi. Kamu cuma perlu gangguan kecil yang cukup aneh untuk membuatmu tertawa getir. Dan kadang, di tengah-tengah kombinasi simbol naga dan teh hangat, kamu menemukan sekelebat ide, atau setidaknya, alasan untuk bertahan semalam lagi.

Lalu besok, mungkin scatter hitam itu akan datang. Atau tidak. Tapi hidup terus berjalan. Dan mungkin, itu cukup.